16 Februari 2012

Irex Sinjai, Jangan Pulang Sebelum Magrib

Kado khusus buat papa
Setiap saya ke Sinjai, Lappa dan Irex selalu saja menggoda untuk dinikmati. Lappa adalah tempat dimana pelalangan ikan terbesar di Sulsel berada, sementara Irex adalah nama yang awalnya membuat saya tersenyum “ehm” .

Mendengar kata Irex terbayang penggalan iklan, “kado khusus buat mama”. Yah, Irex memang sejenis obat kuat khusus pria, tetapi di Sinjai lain.

Sambil menunggu ikan bakar siap di santap, Irex menjadi minuman pembuka. Hiruk pikuk dan hawa panas pelabuhan malam itu membuat gerah ini terobati dengan dinginnya minuman khas yang diolah dengan cara fermentasi itu. Irex terbuat dari ramuan tape, madu, susu dan kuning telur.

Nampak dari bahannya, minuman yang terdinginkan dalam freezer dan terkemas sederhana dalam botol air kemasan itu, memang bisa untuk mengembalikan stamina kami, setelah seharian di Sinjai menggelar pertemuan kantor. Hari itu, 30 November 2011. Bersama empat orang teman sekerja, saya berkunjung ke kabupaten berlambang kepala kuda putih itu. Di Sinjai, Kuda dimaknai sebagai simbol keperkasaan, ketekunan dan semangat kerja keras.

Jarak Bantaeng kabupaten saya, dengan Sinjai hanya ditempuh maksimal 2 jam. Kalau Anda berangkat dari Makassar dengan kendaraan bermotor, Anda akan menikmati perjalanan menyusuri tepian laut melewati kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Bulukumba. Waktu tempuh kurang lebih 4 jam dengan jarak 195 km.

Beberapa kali saya berkunjung ke daerah yang juga penghasil durian Ottong ini, selalu saja ditawarkan makan ikan di Pelabuhan Lappa, tetapi baru malam itu saya menikmati kelezatan ikan bakar dan nasi kuning santannya serta menyerumput nikmat Irex yang bernama seksi itu. Biasanya, saya hanya mengunjungi Rumah Makan Nikmat yang terletak di pusat kota yang juga menyajikan menu favorit ikan bakar.
Nasi kuning santan, makanan sepadan ikan bakar
Kesan kumuh pastilah mewarnai setiap area pelelangan ikan di Indonesia, termasuk di Sinjai. Suasana ini tidak menjadikan pelabuhan Lappa sepi dengan orang bergaya mentereng untuk datang ke tempat itu, sekadar menikmati ikan bakar di warung yang berjejer di sepanjang pelabuhan. Becek dan bau anyir ikan akan segera terhapus setelah kepulan asap hasil bakaran ikan Baronang, cepak, sunu, katamba’, udang dan cumi-cumi mengepul menggoda selera.

Ada sesuatu yang khas, pelanggan sendiri yang memilih ikan di area pelelangan. Membayarnya, kemudian membawanya ke warung untuk dibakarkan. Nasi dan cobe’-cobe serta irex disiapkan pemilik warung. Anda tahu, harga ikan di Lappa sangat murah. Lima ekor ikan cepak dan baronang seukuran dua sandal jepit, saya beli hanya seharaga Rp. 50.000. Murah, karena di pasar biasanya berharga minimal Rp. 30.000 per ekornya.

Karena saat itu saya di traktir alias makan gratis, uang yang dikeluarkan teman baik saya yang warga Sinjai itu saya taksir hanya sekisaran Rp. 300.000 – Rp. 500.000, kami empat belas orang sudah bisa menikmati menu ikan laut bermacam-macam. Heran juga, kok bisa semurah itu. Selain heran juga senang karena gratis lah yaouw….

Kala itu, Timnas Indonesia Selection juga menjelang laga melawan Tim LA Galaxi. Makan malam itu, juga kami jadikan momentum menunggu tendangan pisang David Beckham. Memang semua warung, termasuk RM Yuli tempat kami makan mengarahkankan remoute tivinya ke pertandingan itu. Pelabuhan Lappa ternyata demam sepak bola.
Siap-siap melahap
Belum mampu terhabiskan semua makanan, kick off babak pertama dimulai, kami pun bergerombol sambil membawa piring masing-masing ke depan tivi. Sial, sebiji cabe rawit tergigit tak sengaja. Huah….!Pedasnya menyengat bukan kepalang, ditambah keringat bercucuran karena nikmat dan hawa panas di sekitar pelabuhan.

Pelalangan Sinjai ternyata tak hanya dikunjungi kapal nelayan lokal dan kapal regular dari pulau-pulau Sembilan. Persinggahan ikan paling ramai di Sulsel itu ternyata juga dikunjungi kapal nelayan dari luar Sinjai seperti Jeneponto, Takalar, Pangkep, Sinjai, Bone dan Bulukumba. Bahkan ada yang dari Sulawesi Barat dan Kalimantan.

Rata-rata kapal yang berlabuh di Pelelangan itu 1172 kapal pertahun menurut data tahun 2000. Sepuluh tahun yang lalu, 11.500 ton ikan terhampar dipelelangan.Tentu saat sekarang ini pasti lebih meningkat, karena pelabuhannya telah diperluas. Memang malam itu, sepanjang pantai, hanya terlihat jejeran kapal para nelayan.

Suasana Malam Pelabuhan Lappa Sinjai
Pelabuhan Lappa yang hanya berjarak sekitar 15 menit dari Ibu kota Sinjai tak pernah sepi. Pukul 16.00 kapal sudah ramai bersandar dan semakin bertambah saat setelah menjelang malam. Puncaknya pada pukul 03.00 dini hari.

“ Jangan pulang sebelum magrib”, kata kawan saya yang orang Sinjai itu saat menahan saya agar tak segera balik ke Bantaeng. Menurutnya, hanya setelah magrib Sinjai bisa dinikmati. Nikmat ikannya, segar dan menggetarkan sajian irexnya. Irex akan menjadi nama yang bakal membuat penasaran bagi yang belum pernah menikmatinya.
Bantaeng, 12 Desember 2011

Tidak ada komentar: